Sabtu, 13 Juni 2009

Keutamaan Ilmu


Menindaklanjuti tulisan saya sebelumnya yang berkaitan dengan ilmu, maka untuk kesekian kalinya tulisan ini mengutif beberapa sabda Rasulullah SAW berkaitan dengan ilmu dan keutamaan bagi pemiliknya atau orang yang gemar menuntut ilmu. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa menuntut ilmu adalah hal yang wajib dalam Islam, tak terbatas oleh tempat yang jauh tak terbatas pula oleh usia yang semakin senja. Menuntut ilmu tidak mesti di bangku sekolah atau kampus perkuliahan. Namun dari berbagai sumber dan media dapat kita jadikan sebagai sarana untuk memperoleh ilmu, namun demikinan hendaknya kita mempunyai panutan atau guru untuk berkonsultasi ketika mendapati suatu keraguan.

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurirah ra, nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa berjalan untuk keperluan ilmu, maka Allah SWT membimbingnya ke jalan surga. Dan sesungguhnya orang ‘alim itu dimintakan ampunan oleh segenap makhluk yang ada di langit dan di bumi, sampai kepada seluruh ikan–ikan yang ada di lautan., dan sesungguhnya para ulma itu adalah pewaris para nabi”.
Dalam hadis lain nabi bersabda:
“Barangsiapa duduk di sisi seorang yang ‘alim dua saat saja atau makan makan bersamanya dua suapan atau mendengarkan perkataannya du kata atau berjalan bersamanya du langkah, maka Allah SWT memberikan kepadanya dua surga, yang tiap surga (luasnya) dua kali dunia”.
Dari Ibnu Abbas ra. Rasulullah SAW bersabda:
“Para ‘ulama itu mempunyai kelebihan tujuh ratus derajat di atas derajat orang-orang baeriman, yang antara tiap-tiap dua derajat sejauh perjalanan lima ratus tahun”.
Diterangkan bahwa ilmu itu lebih utama dari pada amal, dilihat dari lima segi, yaitu:
1. ilmu tanpa amal tetap ada, sedangkan amal tanpa ilmu tidak akan terlaksana.
2. ilmu tanpa amal tetap bermanfaat, sedangkan amal tanpa ilmu tidak akan bermanfaat.
3. amal bersifat tetap/pasif, sedangkan ilmu bersifat aktif bersinar bagaikan lampu.
4. ilmu adalah perkataan para nabi
5. ilmu adalah sifat Allah SWT sedangkan amal adalah sifat para hamba, sifat Allah SWT lebih utama dari pada sifat hamba.

Orang bijak berkata: kata ilmu itu terdiri dari tiga huruf: ‘ain, laam, dan miim. Huruf ‘ain singkatan dari kata ‘illiyyiin (derajat yang tinggi), huruf laam singkatan dari kata lathiif (halus,pemurrah, tenang), dan huruf miim singkatan dari kata mulkun (kerajaan). Maka huruf ‘ain dari kata ilmu dapat menyampaikan pemiliknya kepada derajat yang tinggi. Huruf laam dari kata ilmu dapat menjadikan pemiliknya halus, pemurah, dan tenang dan huruf miim dari kata ilmu dapat memungkinkan pemiliknya menjadi raja bagi para rakyat”.

Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa nabi SAW masuk ke pintu masjid dan beliau melihat ada setan di tepi pintu itu. Nabi bertanya kepada setan tersebut: “hai iblis, apa yang sedang engkau lakukan disini?”. Setan menjawa:”saya hendak masuk ke dalam masjid dan akan mengganggu sholatnya orang ini, tetapi saya takut kepada orang yang sedang tidur didekatnya.”. nabi bertanya kembali:’hai iblis, mengapa engkau tidak takut kepada orang yang sedang sholat yang sedang beribadah dan bermunajat kepada Allah tetapi engkau malah takut kepada orang yang sedang tidur sedang ia dalam keadaan lalai,” . setan menjawab:”orang yang sedang sholat itu bodoh dan mudah diganggu, tetapi yang sedang tidur itu adalah orang ‘alim, sehingga jika saya berhasil mengganggu orang yang sedang sholat itu dan menjadikan sholatnya batal, saya khawatir jika orang alim itu terbangun dan segera membetulkan sholat orang tersebut.”

Dan dalam riwayat lainnya diceritakan”
“Apabila telah datang hari qiamat maka didatangkanlah empat golongan manusia di sisi pintu surga tanpa melewati hisab dan siksa, mereka itu adalah:
1. orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya
2. seorang haji yang sewaktu menunaikan ibadah haji tidak melakukan kerusakan (yang membatalkan haji)
3. orang mati syahid yang terbunuh dalam peperangan
4. orang dermawan yang mengusahakan harta halal dan membelanjakannya di jalan Allah tanpa riya.
Mereka saling berebut agar dapat memasuki surga lebih dahulu. Maka Allah swt mengutus Jibril agar supaya mengatur mereka.
Pertama Jibril bertanya kepada orang yang mati syahid. Dengan pertanyaan:”apa yang telah engkau perbuat di dunia sehingga engkau mau masuk surga yang paling pertama kali?. Dia menjawab:”saya telah terbunuh dalam peperangan karena mencari keridhoan dari Allah”. Jibril bertanya kembali:”dari siapa engkau mendengar tentang pahala orang yang mati syahid?”. Dia menjawab:”dari para ulama”. Kata Jibril:”jagalah kesopanan, jangan engkau mendahului gurumu yang telah mengajar engkau”. Kemudian Jibril mengangkat kepalanya kea rah orang yang berhaji dan seraya bertanya seperti pertanyaannya yang pertama, dan demikian juga kepada si dermawan juga dengan pertanyaan yang sama. Lalu orang ‘alim itu berkata:”Tuhanku, tidaklah aku bias menghasilkan ilmu kecuali dengan sebab sifat kasih dermawan dan kebaikan orang yang dermawan”. Maka Allah SWT berfirman:” telah benar kata orang ‘alim itu, hai Ridwan (malaikat penjaga pintu surga) bukalah pintu-pintu surga agar supaya orang yang dermawan itu masuk lebih dahulubaru kemudian yang lainnya menyusul”.
(Misykaatul Anwaari)

“ wafatnya orang ‘alim itu laksana hancurnya alam”


Selengkapnya...