Rabu, 13 Mei 2009

Keutamaan Ilmu

Pembahasan tentang keistimewaan ilmu, banyak ditemukan dalam al-Qur’an , diantaranya dalam firman Allah SWT, (Qs.Al-Mujadalah:11)

ا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“ niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”


Ibnu Abbas berkata: “derajat ulama lebih tinggitujuh ratus derajat diatas orang beriman, dimana jarak antara satu derajat ke derajat lainnya adalah tujuh ratus tahun."
Firman Allah SWT. (Qs. Azzumar:9)

هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Dan (Qs. Al Fathir:28)

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“ Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”

(Qs.Al Ankabut: 43)

وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ (٤٣)
“ Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”


Dalam hadits disebutkan “Hamba yang paling mulia adalah mukmin yang berilmu, yang jika dibutuhkan ia akan bermanfaat bagi orang lain. Dan jika tidak dibutuhkan ia selalu merasa cukup dengan apa yang diterimanya”.

Dalam hadiis yang beliau bersabda:”Iman itu(ibarat orang ) telanjang yang pakaiannya adalah ketaqwaan, perhiasannya adalah sifat malu dan buahnya adalah ilmu”.

Dalam hadis yang linnya beliau bersabda:” Manusia yang paling dekat derajatnya dengan derajat para nabi adalah orang yang berilmu dan orang yang berjihad. Adapun orang yang berilmu karena ia selalu menuntun manusia kepada ajaran para rasul. Sementara orang yang berjihad karena mereka berjihad dengan pedang mereka sejalan dengan jihad yang diajarkan para rasul”.

Sabdanya yang lain adalah :” Orang berilmu adalah kepercayaan (wakil) Allah SWT. Di muka bumi”.

“ Golongan yang memperoleh syafaat pada hari kiamat adalah para nabi, orang-orang berilmu, dan para syuhada”.

Fath al-Moshuli bertanya, “bukankah orang sakit yang sudah tidak bisa makan, minum dan makan obat akan menemui ajalnya? Lalu dijawab:”ya”, lalu beliau berkata,”demikian pula dengan hati, jika sudah tidak bisa menerima kata-kata hikmah maupun ilmu selama tiga hari, maka ia akan mati”. Apa yang dikatakan Fath al-moshuli memang benar karena menu makanan hati adalah ilmu dan siraman kata-kata hikmah. Namun terkadang hati sudah tidak dapat lagi menerimanya karena sudah disibukan urusan duniawi yang menghilangkan sensitifitasnya. Lalu ketika kematian mendekatinya pada saat ia masih disibukkan dengan urusan duniawi, maka hatinya akan merasakan sakit yang tidak terkirakan sakitnya dan terus menerus tanpa akhir. Inilah makna sabda nabi,”Manusia itu tertidur(lalai), laluu saat mati barulah ia terbangun (sadar).

Sedangkan keistimewaan menuntut ilmu, ditegaskan oleh sabdanya: ”Sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayapnya (merendahkan sayapnya untuk memberi perlindungan) bagi penuntut ilmu karena ridho dengan apa yang dilakukannya”.

Dalam hadis lainnya:”Kamu mempelajari satu bab ilmu itu lebih baik dari pada sholat seratus rakaat”.

Abu Darda berkata:”Barangsiapa berpandangan bahwa menuntut ilmu bukalah jihad, maka sungguh akal dan pikirannya telah mengalami kelemahan”.

Adapun keistimewaan mengajar telah ditegaskan dalam firman Allah SWT
(Qs. Ali Imron:187)

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلا تَكْتُمُونَهُ
“ Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,"

Ketika Rasulullah membaca ayat ini beliau bersabda:”Allah SWT tidak pernah memberi ilmu kepada orang alimkecuali sebelumnya didahului dengan suatu perjanjian , sebagaimana yang telah diberlakukan kepada para nabi, agar ia menjelaskan dan tidak menyembunyikannya”.
Ketika Rasulullah SAW mengutus Mu’adz ke negeri Yaman, beliau berkata:”Petunjuk yang diberikan Allah SWT. Kepada seseorang melalui dirimu adalah lebih baik bagimu dari pada dunia dan isinya”.

Umar bin Khattab berkata:” Barang siapa yang menceritakan suatu hadis lalu hadis itu diamalkan, maka baginya pahala sebesar pahala amal itu”. Mengenai keistimewaan belajar dan mengajar Mu’adz bin Jabbal berkata:” Pelajarilah ilmu, sesungguhnya mempelajari ilmu karena Allah SWT. adalah suatu kebaikan, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menelitinya adalah jihad, mengajarkannya kepada yang tidak tahu adalah sadaqoh dan mencurahkannya kepada ahlinya dinilai sebagai pendekatan diri kepada AllahSWT.

Ilmu menjadi penghibur di kala sepi, teman di kala sendiri, petunjuk dalam masalah agama, menjadi penyabar di kala senang dan susah. Ilmu bagaikan teman dan pembantu dalam segala situasi dan obor penerang menuju syurga. Dengan ilmu Allah SWT mengangkat derajat suatu kaum dan menempatkan mereka di tempat terhormat. Ilmu adalah petunjuk jalan bagi mereka menuju kebaikan sehingga jejak mereka diikuti dan perilaku mereka diteladani. Para malaikat melindungi mereka dengan sayap-sayapnya yang membentang. Setiap benda baik kering maupun basah sehingga ikan-ikan di laut hewa-hewan buas dan binatang ternak di darat serta burung-burung di langit memohonkan ampunan bagi mereka.

Ilmu dapat menghidupkan hati yang buta, menjadi penerang jiwa dari kegelapan, penguat jasmani dari kelemahan sehingga dapat mengangkat derajat hamba ke tingkat derajat orang-orang sholeh. Berpikir dengan ilmu sama nilainya dengan pahala puasa dan mengkajinya sebanding dengan sholat malam. Dengan ilmu manusia taat kepada Allah SWT, menyembah-Nya, mengesakan-Nya, bersikap rendah hati menyambung dan mempererat tali silaturrahmi. Ilmu ibarat seorang pemimpin dan mengamalkannya ibarat pengikutnya. Dengan ilmu manusia meraih kebahagiaan, sebaliknya yang tidak berilmu hanya akan mendapat kesengsaraan.

Dari sudut akal tidak dapat didangkal bahwa diantar keistimewaan ilmu adalah dapat mengantarkan manusia kepada Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya. Ilmu adalah pangkal kebahagiaan abadi dan kenikmatan kekal yang tiada berujung. Dengan ilmu manusia memperoleh kemuliaan di dunia dan kebahagiaan di akherat.

Dunia adalah lahan amal untuk bekal di akherat. Seseorang yang mengamalkan ilmunya akan menuai hasil buat dirinya berupa kebahagiaan abadi, yaitu dengan mendidik dirinya dengan akhlak dan etika yang sesuai dengan tuntunan ilmu. Demikinan pula dengan orang lain ia dapat meraih kebahagiaan abadi dengan mengambil faedah dari orang yang berilmu lewat proses belajar-mengajar. Dengan ilmunya seseorang pengajar memberikan bimbingan akhlak kepada manusia dan mengajak mereka mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagaimana yang tersirat dalam firman-Nya (Qs. An Nahl: 125)

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”


Orang berilmu menyeru orang-orang khawas (memiliki tingkatan ilmu khusus) dengan hikmah., mengajar orang-orang awam dengan nasehat dan menghadapi para pembangkang dengan jidal (berdebat). Dengan itu ia menyelamatkan dirinya dan orang lain.gambaran seperti inilah yang dipandang sebagai sosok hamba yang sempurna.

(ringkasan kitab Ihya ‘Ulumuddin- Karya Imam Ghazali, halaman:33-38)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makasih atas komentarnya