Rabu, 20 Mei 2009

Seperti Jari


Kita menyadari sebagai umat muslim kita wajib bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita terutama nikmat Iman dan nikmat Islam. Sebab kedua nikmat itulah mudah-mudahan kita dapat memasuki syurga-Nya Allah SWT. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa rukun Iman itu ada 6 perkara dan rukun Islam ada 5 perkara, disini saya akan sedikit menyinggung tentang rukun Islam yang lima perkara, tetapi bukan menjelaskan satu persatu rukun Islam tersebut, namun hanya

sebagai gambaran, atau ibarat, dalam kehidupan kita, yang saya dapatkan dari ceramah-ceramah para kyai.
Tentang urutan rukun Islam dapat kita maklumi adalah :

1. Mengucap dua kalimat syahadat
2. Mendirikan sholat
3. Mengeluarjkan zakat
4. Berpuasa di bulan Ramadhan
5. Melaksanakan haji

Meskipun ada yang menempatkan puasa ramadhan pada urutan yang ketiga. Lima rukun ini dapat diibaratkan sebagai jari –jari tangan kita. Rukun yang pertama yaitu:
shahadat ini ibarat jari jempol, sedangkan rukun kedua yaitu sholat ibarat jari telunjuk, rukun yang ketga yaitu zakat ibarat jari tengah, rukun yang keempat yaitu puasa ibarat jari manis dan rukun yang kelima yaitu haji ibarat jari kelingking.

Sekarang kita perhatikan tangan kita dan ambilah atau genggamlah sebuah gelas dengan erat dengan kelima jari tangan kita, tentu gelas itu akan terangkat dengan mudah. Sekarang coba lepaskan jari kelingking kita, jadi gelas tersebut hanya digenggam oleh empat jari, maka gelas akan tetap tergenggam namun kekuatannnya berkurang, tetapi gelas tidak jatuh. Ini adalah ibarat orang muslim yang belum dapat melaksanakan haji. Mungkin biaya yang belum mencukupi atau syarat lainnya yang belum terpenuhi. Tetapi ia masih tetap sebagai muslim.
Setelah itu kita coba lepaskan kembali jari manis kiat sehingga gelas hanya digenggam oleh tiga jari, dan gelas masih dapat digenggam namun kekuatannya semakin berkurang, ini adalah ibarat orang muslim yang tidak melaksanakan puasa, mungkin sakit, mungkin hidh, mungkin dalam perjalanan atau halangan lain yang memang dibenarkan oleh syara’, tetapi tetap ia masih sebagai seorang muslim.
Bagaimana jika jari tengah yang kita lepaskan, sehingga hanya ada dua jari yang menggenggam gelas, ya.. tentu gelas masih tetap terpegang hanya semakin berkurang kekuatannya. Ini ibarat seorang muslim yang tidak mengeluarkan zakat karena memang hartanya belum mencapai nishab atau hidupnya masih dalam kekurangan atau pas-pasan.
Sekarang bagaimana jika jari telunjuk dan jari jempol yang tinggal dua jari ini kita lepaskan salah satunya? Maka pasti gelas tersebut akan jatuh. Jadi ibaratnya jari telunjuk dan jempol atau sebagaimana yang kita ibaratkan sebagai sholat dan shahadat ini, tidak mungkin kita tinggalkan salah satu nya apalagi keduanya. Sebab jika kita lepas jari jempol maka gelas akan jatuh demikian pula jika kita lepas jari telunjuk maka gelas akan jatuh juga. Dengan demikian shahadat sebagai dasar utama tidak boleh tidak, ini adalah landasan dasar keislaman kita. Demikian pula halnya dengan sholat, dalam kondisi bagaimanapun dan dalam keadaan seperi apapun sholat tidak boleh ditinggalkan. Jika dalm kondisi sakit, sholat dapat dijalankan sambil duduk atau berbaring atau hanya dengan gerakan isyarat kedipan mata pun tetap sholat itu harus dilaksanakan, sama halnya dengan shahadat, yang menjadi pondasi keislaman kita, jika tanpa shahadat, lalu seseorang melaksanakan sholat atau puasa atau zakat bahkan haji, maka tidak akan ada nilai ibadahnya, karena ia belum menanamkan pondasi keislaman yaitu shahadat. Maka dari itulah Allah SWT sangat berpesan kepada kita semua untuk benar-benar menjaga keimanan dan keislaman kita sampai akhir hayat. Sebagaimana firman-Nya.

“…. jangan sekali kali kamu mati kecuaali dalam keadaan muslim.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

makasih atas komentarnya